Rabu, 22 Juli 2009

Dandangan, Penetapan Awal Puasa

Dandangan, merupakan salah satu tradisi masyarakat “Kota Jenang” (Kudus) untuk menyambut bulan Suci Ramadhan tiap tahunnya.

Tradisi Dandangan adalah tradisi yang sudah lama ada di Kudus yang diadakan setiap tahun menjelang bulan Ramadhan. Dandangan diadakan dengan cara menggelar dagangan di lapak-lapak kaki lima selama dua minggu menjelang Ramadhan, bahkan kadang-kadang hingga satu minggu di awal bulan Ramadhan. Mungkin semacam pasar malam, karena pada kenyataannya walaupun dandangan dibuka pagi hari, namun pengunjung paling ramai di malam hari. Apalagi pada malam-malam libur seperti hari Jum’at malam hingga Minggu malam.

Ada banyak yang dijual di Dandangan ini, mulai dari barang pecah belah, makanan dan minuman, hingga furnitur alias mebel dengan kualitas standar. Setiap tahun selalu banyak lapak yang berjualan dan semakin banyak pula yang berkunjung, baik membeli ataupun hanya melihat-lihat saja.




(macam² barang yang dijual)

Dandangan, secara etimologi berasal dari kata “dandang” atau beduk yang ditabuh bertalu-talu oleh Syekh Ja’far Shadiq. Namun, kata tersebut juga bisa diasumsikan berasal dari kata “ndang-ndang” (Bahasa Jawa) yang berarti “cepat-cepat”. Kata cepat-cepat itu bisa dimaknai sebagai selekasnya menyiapkan makan sahur menjelang awal puasa esok hari.

Secara historis, upacara rakyat kudus itu sudah eksis sejak berabad-abad yang lalu, tepatnya sejak Sunan Kudus Syekh Ja’far Shadiq masih sugeng. Konon, sejak zaman Syeh Jakfar Shodiq, salah satu wali songo penyebar agama Islam di Jawa, setiap menjelang bulan puasa, ratusan santri Sunan Kudus berkumpul di Masjid Menara guna menunggu pengumuman dari Sang Guru (Sunan Kudus) tentang awal puasa. Para santri tidak hanya berasal dari Kota Kudus, tapi juga dari daerah sekitarnya seperti Kendal, Semarang, Demak, Pati, Jepara, Rembang, bahkan sampai Tuban, Jawa Timur. Pada hari menjelang puasa, setelah berjamaah shalat Ashar, Sunan Kudus langsung mengumumkan awal puasa. Pengumuman itu dilanjutkan dengan pemukulan beduk yang berbunyi “dang-dang-dang”. Suara beduk yang bertalu-talu itulah yang menimbulkan kesan dan pertanda khusus tibanya bulan puasa. Berawal dari suara dang-dang, setiap menjelang puasa, masyarakat Kudus mengadakan tradisi Dandangan.

Setidaknya, hal itulah yang terungkap dari sejumlah literatur lama dari berbagai perpustakaan kuno di kota Kudus terkait dengan asal usul tradisi dandangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar